twitter
rss

Apa yang ada di benak orang tua saat anak kecilnya yang baru berusia balita menginginkan hal-hal yang seperti orang tua mereka kerjakan? Mungkin kebanyakan orang tua akan berkata “Jangan”, “Gak boleh”, atau “kamu gak bisa mengerjakan itu”. Terkadang para orang tua terlalu takut jika anak – anaknya terluka, jatuh, atau sebagainya. Mereka terlalu memanjakan anak – anaknya, tanpa membebani suatu pelajaran dalam bentuk sikap maupun perkataan. Akibatnya banyak kita temui di lingkungan sekitar kita yang anak-anak mulai tidak patuh pada perintah orang tua. Inilah akibat jika dari kecil para orang tua sering memanjakan mereka.
Mulailah para orang tua itu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang bagaimana berikap di masyarakat. Mulailah menerapkan di lingkungan keluarga, biarkan mereka berbuat semau mereka selama itu tidak membahayakan mereka. Hanya lakukan pengawasan kepada mereka, berilah pelajaran tentang benar dan salah. Berilah hadiah kepada mereka jika mereka berhasil berbuat sebuah kebaikan, dan juga berilah hukuman jika mereka berbuat kesalahan dan tentu hukuman ini yang bisa mendidik mereka supaya mereka bisa berbuat yang lebih baik.
Mialnya anak berkata “Mama aku ingin naik sepeda itu...” kata si mama “Jangan Nak, nanti kamu jatuh, kalau sudah besar saja....” Nah, hal seperti inilah yang tidak mendukung perkembangan motorik si anak. Mereka akan takut sebelum melakukunnya, mereka tidak ingin mencobanya, sehingga banyak kita jumpai hal-hal yang seharusnya sudah bisa dilakukan oleh anak yang seusia dia, belum bisa untuk dilakukannya.
Nah di bawah ini ada beberapa tips buat orang tua agar anak lebih mudah dinasehati:
1. Jangan terlalu memanjakan mereka.
Dengan terlalu memanjakan mereka, anak tidak akan dengan mudah membentuk pribadi mereka, mereka cenderung ingin selalu dengan kita, mereka tidak bisa mendiri seperti teman2 mereka. Anak yang selalu apa yang diinginkan selalu terwujud, mereka akan kesulitan jika mereka mendapatkan suatu kesulitan, mereka akan down dan bingung apa yang harus mereka lakukan. Jadi kita harus mengerti kondisi anak2 kita. Jangan sampai perlakuan para orang tua membebani mereka di saat mereka remaja atau dewasa nanti.

2. Biasakan anak mendapatkan sesuatu itu dengan usaha mereka.
Memberikan sesuatu kepada anak kita itu wajar, namun jangan terlalu sering. Karena hal tersebut dapat membuat mereka tidak aktif. Biasakan apapun yang anak kita mint aitu harus ada pengorbsnsn dulu. Mereka harus melakukan suatu pekerjaan, atau mungkin bisa dalam bebtuk prestasi, lha dengan itu kita sebagai orang tua dapat memberikan sesuatu itu dengan menyebutnya sebagai reward atau hadiah atas usaha mereka.

3. Berikan perhatian pada mereka setiap saat.
Anak selalu butuh perhatian di manapun dan kapanpun. Hal ini sering dicontohkan oleh Rasulullah kepada cucu2nya. Rasul sering bermain dengan mereka, sering mencium pipi mereka, mengajak bersandaguarau. Sampai suatu ketika, ada seseorang yang iri kepada Rasul, sahabat itu iri melihat Rasul bisa bermain dengan cucu2nya. Sementara sahabat itu belum pernah sekalipun mencium anak2nya. Maka dari itu Rasul mencontohkan kepada sahabat itu, kalu kita berada di lingkungan anak2 maka kita juga bersikap selayaknya anak kecil. Kita juga ikut bermain dengan mereka dan mengerti keinginan mereka.

4. Bersikaplah yang baik di hadapan anak.
Karakter anak mulai terbentuk mulai kecil. Dan orang yang pertama ditiru oleh mereka adlah orang tua mereka. Kalau misalkan orang tua berkata yang tidak baik di hadapan anak2nya, maka anak2 akan mudah menirukannya. Maka dari itu, jika ingin anak2 kita mempunyai akhlak yang baik, maka mulailah dari diri orang tuanya. Bersikaplah yang baik di depan mereka. Menirulah akhlak Rasul dan cara2 Rasul dalam mendidik anak. Seringlah membca Tarikh Anbiya’. Insya Allah di siyu banyak sekali pelajaran yang dapatkita tiru.

5. Janganlah menyuruh, tapi mengajak.
Jangan katakan “cepat!” tapi “ayo!”. Dua kata itu sama tapi kalau kita merasakan sangatlah berbeda. Kata “cepat” cenderung untuk mrmperintah, tapi kalau kata “ayo” cenderung untuk mengajak. Anak lebih suka di ajak dari pada di perintah. Anak akan merasa terbebani jika mereka dituntuy untuk melakukan sesuatu dengan cepat. Makanya ia cenderung membangkang. Berbeda jika kita memerintah dengan kata “ayo”. Anak merasakan berbeda, mereka merasa kalau mereka mengerjakan hal tersebut tidak sendirian, ada orang (yeng memerintah) itu selalu ada di sampingnya. Apalagi kalau kita memerintah dengan kata yang lembut, pasti anak akan taat pada orang yang memerintahkan itu……. Senang kan jika anak patuh pada orang tua?????????????

Lebih lanjut >>

50 tahun yang akan datang….
Mungkin kita sudah mati dan jasad kita terkubur entah di mana, atau sedang renta sehingga haus berpegangan tongkat untuk berjalan, atau sedang menjemput syahid di jalan Allah di hari yang sama dengan hari ketika kita bertemu sekarang dan jam yang sama dengan jam saat kita berbincang-bincang atau kita sedang menunggu kamatian dating dengan kabaikan yang besar dan bukan keburukan. Allahumma amin…
50 tahun yang akan datang…..
Anak-anak kita mungkin sudah tersebar di seluruh dunia. Saat itu, mungkn ada tyang sedang menggugah inspirasi umat Islam seluruh dunia, berbicara di Mesir hingga Amerika, dari Makkah Al-Mukarromah hingga Barcelona. Ia menggerakkan hati dan melakukan proyek-proyek kebaikan sehingga kota-kota yang pernah terang benderang di zaman keemasan Islam, dari Gibraltar hingga Madrid, dari Istambul hingga Shenzhen, kembali dipenuhi genuruh takbir saat penghujung malam datang. Senentara siangnya mereka seperti singa kelaparan yang bekerja kers menggenggam dunia. Mereka membasahi tubuhnya dengan keringat karena kerasnya bekerja meski segala fasilitas dunia telah ada, senentara di malam hari mereka membasahi wajah dan hatinya dengan air mata karena besarnya rasa takut pada Allah. Rasa takut yang bersumber dari cinta dan taat kepadaNya.
Ya, mereka gigih merebut dunia bukan karena gila harta dan takut mati, tetapi kerena igin mnejadikan setiap detik kehidupannya untuk enolong agama Allah Azza wa Jalla. Dengan mengambil fardhu kifayah yang belum banyak tertangani. Gigih bekerja karena mengharap setiap tetes keringatnya dapat menjadi pembuka jalan ke surge.
Kelak anak-anak kita bertebaran di muka bumi. Meninggikan kalimat Allah, menyeru kepada kebenaran dengan cara yang baik., salimh mengigatkan untuk menjahui kemungkaran dan mengimani Allah dengan benar.Tangannya mengendalikan kehidupa, tetapi hatinya merindukan kematian. Bukan karena jenuh dan berutus asa terhadap dunia, tetapikarena kuatnya keinginan untuk pulang ke kampong akhirat dan mengharap pertemuan degan Allah dan RasulNya.
Mereka inilah anak-anak yang hidup jiwanya. Bukan sekedar cerdas otanya. Kuat imannya, kuat ibadahnya, kuat ilmunya, kuat himmah-nya, kuat ikhtiarnya, kuat pula sujudnya. Dan itu semua tak akan pernah terwujud jika kita tdak mempersiapkannya, hari ini!
50 tahun yang akan datang.....
Anak-anak kita mungkin sedang mengendalikan dunia dan memennuhi hatinya dengan dzikir kepada Allah. Mereka mungkin sedang mengendalikan jaringan bisnis besar. Supermarket-hypermarket hingga perusahaan manufaktur berteknologi tinggi di seluruh dunia
Sebagian lainnya mungkin sedang memimin ma’had putri yang setiap alumninya menjadi penentu sejarah dunia. . Bukankah al-ummah madrasah al-ula (ibu madrasah pertama) yang membentuk karakter dan berfikir satu generasi di belakangnya? Maka mempersiapkan visi dan kecakapan seorang ibu sama pentingnya dengan mempersiapkan peradaban umat ini lima tahun kedepan. Membiarkan anak perempuan menyibukkan diri dengan hasrat memproleh perhatian lawan jenis, seperti mengizinkan masa depan agamadan umat ini hancur.
Anak-anak harus dibekali agar kelak menjadi erempuan untuk agama ini yang setiap katanya akan menunggikan kalimat Allah. Sementara rahimnya, tidaklah akan tumbuh benih di dalamnya kecuali generasi yang sejak awal pertemuan sudah bertabur klimat yang suci. Bukankah kepribadian terbentuk sejak awal pertemuan sudah bertabur kalimat suci? Bagaimana kedua orang tua mereka mempertemukan benih sangat mempengaruhi bagaimana benih itu kelak tumbuh dan berkembang.
Persiapkan pula anak laki-laki kita agar menjadi pemberani bagi agama ini. Mereka menghiasi hidupnya dengan tangis di malam hari, dan usaha yang gigih di malam hari. Merek mampu menegakkan kepala dengan izzah (harga diri) yang tinggi di hadapan manusia karena kehormatan, kemuliaan, keimanannya. Teapi terhadap istrinya, sikaplemah lembut penuh cinta. Bukankah untuk melahirkan anak yang hebat dan saleh, pintu pertamanya mencinyai ibu mereka dengan sepenuh hati?
Ketulusan cinta dapat menggerakkan hati bunda untuk tak henti-hentinya memberi perhatian. Ia tetap mampu tersenyum di saat anak bangun di tengah malam, tepat ketika ia baru saja terlelap, meski ada yang mencintainya sepenuh hati sepenuh jiwa. Seorang suami tidak hanya memberi harta,lebih itu memberikan perhatian dan kesediaannya berbagi.
Aisyah ra menangis kagum kepada suaminya, Rasulullah SAW, karena perhatiannya yang lembut? Sebagaimana dinukil Ibnu Katsir, Aisyah menangis seraya berucap, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba (Ah semuanya menkjubkan bagiku),” tatkala ditanya apa yang paling berkesan baginya dari Rasulullah. Ia kemudian bertutur tenteng bagaimana Rasulullah meminta izin kepadanya untuk qiyamul lail. Hanya itu. Tetapi perkara yanng kecil itu tak ada perhatiannya besar.
50 tahun yang akan datang.....
Di negeri ini ....kita mungkin menemui pusara bapak –bapak yang hari ini sedang mewarnai anak-anak kita. Merek terbujur tanpa nisan tanpa prasasti, sementara hidangan di surga telah menanti. Atau sebaliknya, beribu-ribu monumen berdiri mengenangnya, sementara tak ada lagi kebaika yang bisa diharapkan. Mereka menjadi berhala yang dikenang dengan perayaan, tetapi tak ada doa membasahi lisan anak-anaknya. Na’udzubillahi mindzalik.
Betapa banyak pelajaran yang bertabur di sekeliling kita, dari orang-orang masih hidup atau meeka yang sudah tiada. Tetapi betapa sedikit yang kita reungkan.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang mengulang-ulang pembahasan tentang Al-Ma’uun hingga menimbulkan pertanyaan dari murid-muridnya, masih kerap kita dengar. Jejak-jejak kebaikan berupa rumah sakit, pantia asuhan, dan sekolah-sekolah masih bertebaran. Tetepi jejak-jejak ruhiyah dan idealismenya yang membuatnya bergerak menata akidah umat ini, rasanya semakin sulit kita lacak.
Tulisan pendiri NU, Syaikh Hasyim Asy’ari, sahabat dekat KH Ahmad Dahlan, masih bisa kita lacak, meski semakin langka. Tetapi jejak ruhiyah dan idealismenya semakin sulit ditemukan. Apa yang dulu diyakini haram oleh Syeikh, hari ini justru dianggap wajib oleh merek yang merasa sebagai pengikutnya.
Apa artinya? Iman tidak kita wariskan, kecuali kalau hari ini kita didik mereka dengan sungguh-sungguh untuk mencintai Tuhannya. Keyakinan, cara pandang, dan idealisme juga tidak bisa kita wariskan ke dalam dada mereka, kalau hari ini kita hanya sibuk memikirkan dunianya, bukan akhiratnya. Atau kita persiapkan mereka menuju akhirat, tetapi kita bekali dengan kekuatan, ketrampilan, dan ilmu untuk memenangi hidup di dunia dan menggenggamnya. Betapa banyak anak yang dulu rajin puasa Senin-Kamis, tetapi kita harus bertarung melawan kesulitan hidup, yang kemudian Sesin-Kamis adalah imannya. Kadang ada, kadang nyaris tak tersisa. Na’udzubillahi min dzalik.
Teringatlah saya dengan perkataan Nabi Ya’qub as saat menghadapi sakaratul maut. Allah mengabdikannya dalam Surah Al-Baqarah ayat 133 : “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “apa yang kamu sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Ya, “Maa ta’buduuna min ba’dy? (Apakah yang akan kalian sembah setelah aku)?” Bukan, “Maa takkuluuna min ba’dy? (Apakah yang akan kalian makan setelah aku tiada?)”
Lalu, seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk memperbanyak tabungan agar kelak mereka tidak kebingungan cari makan sesudah kita tiada? Ataukah kita bekali jiwanya dengan tujuan hidup, visi besar, semakin menyala-nyala, budaya belajar tinggi, iman yang kuat, dan kesedihan untuk berbagi kepada Allah?
Kita hidupkan jiwanya dengan memberi bacaan yang bergizi, nasihat yang menyejukkan hati, dorongan yang melecut semangat, tantangan yang menggugah, dan dukungan di saat gagal sehingga ia merasa kita perhatikan. Kita nyalakan tujuan hidupnya dengan mengajarkan mereka untuk mengenak Tuhannya. Kita bangun visi besar mereka dengan menghadirkan kisah orang-orang besar sepanjang sejarah, orang-orang saleh yang telah memberi warna kehidupan, sehingga mereka menemukan figur untuk dipelajari, dikagumi, dan dicontoh.
50 tahun mendatang anak-anak kita, hari inilah menentukannya. Semoga waisan terbaik kita untuk mereka adalah pendidikan yang kita berikan dengan berbekal ilmudan kesungguhan. Kita antarkan pesan-pesan itu dengan cara yang terbaik. Sementara doa-doa yang kita panjatkan dengan tangis dannn air mata, semoga menggenapkan yang kurang, meluruskan yang keliru, menyempurnakan yang sudah baikdan di atas semuanya, kapada siapa lagi kita meminta selain kepaa-Nya???
Lebih lanjut >>

Orang lain sering memberi sebutan pada anak kita denga sebutan “kecil tapi nakal”. Terkadang juga mereka mengeluh akan kebiasaan anak melempar atau merusak sesuatu. Jangan kaget mendengar hal ini karena anak suka melanggar segala sesuatu yang dibilang “jangan” dan “tidak boleh”.
Yang menjadi pertanyaan, kapan anak mulai mendengarkan orang tua dan menuruti segala yang dikatakan orang tua? Berdasarkan penelitian dari Kristin H.Lagattuta dari california University, Amerika Serikat, semakin dewasa anak, semakin mengerti akan akibat apa yang telah dilakukan sebagai bukti dari tingkat kematangan emosi.
Usia 4-7 tahun merupakan usia penyerapan bagi anak. Pad ausia ini, anak akan mengerti dampak dari perbuatan dan mengerti aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar. Selain itu, anak sudah dapat berpikir positif.
Pada usia ini, anak semakin tahu bahwa kepuasaan emotional dibentuk tidak hanya dari segera terpenuhinya keinginan anak, tetapi juga dari kewajiban untuk menuruti apa yang diinginkan anak dan lingkungannya.
Menurut hasil riset tersebut, pada usia 7 tahun, anak akan memasuki tahap berpikir fokus dengan emosi yang lebih matang dan patuh. Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar teori untuk penelitian perkembangan otak anak dan kesadaran moral anak. Ini merupakan informasi penting bagi guru dan orang tua untuk membantu anak mengembangkan sikap emtional anak.

Lebih lanjut >>

Usia batita adalah masa yang paling tepat bagi anak untuk dikenalkan pada huruf dan kata serta menumbuhkan keinginan bacanya. Meski demikian, syarat dan ketentuan berlaku di sini, yaitu:
1. Ajarkan membaca dengan cara yang menyenangkan
2. Jangan paksa anak, kalau sudah terlihat bosan segera hentikan.
3. Jangan pasang target-target tertentu, seperti sekian bulan sudah hafal sekian huruf
4. Berikan contoh langsung, anak yang tumbuh dari keluarga suka membaca lebih mudah mencintai kegiatan baca.
Langkah-langkah
Dengan kondisi menyenangkan tanpa target, inilah yang dapat Anda lakukan untuk mengajak anak Anda membaca:
1. Memasang karpet huruf
Pasanglah karpet huruf di kamar anak. Saat ini banyak tersedia karpet dengan motif huruf serta gambar-gambar menarik yang terbuat dari bahan karet yang bisa dilepas-lepas ataupun bahan wol. Dengan demikian setiap hari, tanpa disadari anak akrab dengan berbagai bentuk huruf.
2. Tempel nama
Tempelkan nama anak di pintu kamar atau lemarinya. Dengan melihat tulisan namanya setiap hari, si kecil akan hafal huruf-huruf tertentu sehingga ia tidak kaget saat belajar mengeja namanya.

3. Ada huruf di mana-mana
Kalau anak terlihat mulai asyik belajar mengenal huruf, orangtua bisa menempel huruf di tempat-tempat yang mudah terlihat. Misal, di lemari, pintu kulkas, dinding, kursi, buku dongengnya, dan sebagainya. Metode ini diharapkan mempermudah anak dalam belajar bunyi-bunyian huruf karena ia sudah mengenal bentuk huruf sebelumnya.
4. Kartu bergambar
Biasanya kartu baca itu berukuran 8×10cm, dengan gambar tertentu disertai tulisan di bawahnya. Contoh, gambar buah apel dengan tulisan APEL di bawahnya. Cara bermainnya cukup mudah, tunjukkan beberapa kartu supaya anak ingat. Lakukan dengan cara menyenangkan, misalnya menyelipkannya di antara kegiatan bermain.
5. Lagu-lagu
Beberapa lagu memang dibuat untuk mengajarkan kenal huruf pada anak. Nyanyikan lagu sambil bermain atau setelkan CD-nya saat bermain bersama anak. Lama-lama anak akan hafal karena sering menirukan bunyinya

Lebih lanjut >>


Akrab dengan tafsir Al-Qur'an
sejak dini
"Mengenalkan anak pada tafsir Al-Qur'an sejak dini,
dengan cara yang kreatif dan menyenangkan"
Dear Rekan orang tua sekalian, Ayah-Ibu, Papa-Mama, Ummi-Abi....
Sebagian besar orang tua muslim umumnya tahu bahwa Al-Qur'an adalah pembeda, nasihat, peraturan, kebijaksanaan, obat, penunjuk, karunia, penerang, cahaya, pedoman, kabar gembira, firman Allah yang akan teramat baik jika dipelajari sejak dini.
 
Pertanyaannya sekarang....
Se
berapa jauhkah anak-anak kita diajari Al-Qur’an?
 
Mungkin jawabannya begini :
Lumayan
... kan di sekolah ada pelajaran baca tulis Al-Qur’an
dan hafalan ayat....

Tapi bukan cuma itu, maksudnya...
mengkaji Al-Qur’an dan maknanya, hikmah di balik ayat-ayatnya, sejarah di balik turunnya ayat tersebut....
Diajari jugakah ??....

Kalau jawabannya :
Di sekolah nggak sedalam itu kayaknya.
Tapi
kalau itu sih saya juga nggak bisa, saya nggak pernah masuk pesantren, nggak pernah khusus belajar agama,
dan nggak terlalu ngerti juga kalo baca terjemahan
Al-Qur’an....

SAMA ! Itu juga jawaban saya... !
 
 
Oh iya, sebelumnya... lepaskan cara pandang 'jadul' ya... bahwa :
yang perlu belajar Al-Qur'an hanya calon ustadz,
Al-Qur'an hanya berisi hukum-hukum yang rumit,
Al-Qur'an hanya untuk dibaca di acara seremonial keagamaan
seperti pengajian dan tahlilan....

Karena sesungguhnya...
Al-Qur'an itu untuk seluruh umat manusia,
yang sarat dengan :

fakta menakjubkan...
seruan untuk berpikir...
pertanyaan menggelitik...
tantangan untuk berprestasi...
sejarah penuh makna...
seni dan keindahan...
ilmu pengetahuan...
dan masih banyak hal menarik lainnya!...

Kesimpulannya... belajar Al-Qur'an itu akan
mencerdaskan
dan mencerahkan. Sepakat...?!

Tapi..... selama ini... membaca Al-Qur’an terasa berat  dan membosankan, teks yang kecil-kecil dengan bahasa
yang kadang
sulit dimengerti...
Orang dewasa saja banyak yang merasa sulit memahaminya,
apalagi anak-anak
!


Jadilah Al-Quran itu pajangan di rumah,
hanya dibuka sekali-sekali,
dan tentu saja....

TERKALAHKAN
oleh TV, komik, play station, dan lain-lain....

... nggak jadi cerdas dan tercerahkan donk...!

So.... mulai sekarang dekatkan anak-anak kita dengan Al-Quran sejak dini.


Lebih lanjut >>

  Apa sih mencintai Allah? Menjadikan Allah Maha Kuasa sebagai target cinta yang lebih dari mencintai diri sendiri, porang tua dan segala hal lainnya di duni ini. Bagaimana caranya/
Apa perlunya mendidik anak mencintai Allah? Karena Allah sendiri yang bersabda di dalam QS 3:31 “Katakanlah (hai Muhammad, kepada ummah manusia). “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “Allah Maha Pengampun lagi  Maha Penyayang.” Karena Rasulullah SAW bersabda, “YA Allah, biarkanlah cintaMu menjadi sesuatu yang ebih kucintai daripada diriku sendiri, keluargaku, hartaku, anak-anakku, dan air dingin ketika aku haus.”
<span class="fullpost">
Bagaiman Cara Menanamkan Cinta Anak Kepada Allah?
  1. Mintalah pertolongan Allah.
  2. Sesuaikan upaya kita mendidik anak agar mencintai Allah dengan tahap-tahap perkembangan kita dan anak kita. Seperti dalam kisa di atas, mulailah dengan memilih pasangan yang sholih dan sholihah dan memjdikan Allah sebagai kecintaan utama mereka.
  3. Lanjutkan upaya membangun cint Allah saat anak masih dalam kandungan.ibi-ibu yang sambil menyeka keringat karena kepayahan saat mengandung namun terus beribadah pendidik-pendidik utama.
  4. Sejak lahir sampai usia 2 tahun. Mulailah dengan Asma’ul Husna. Bacakanlah Al-Quran, lantunkan sholawat, dendangkan nasyid.........bacakan bismilla dan alhamdulillah dalam setiap aktivitas. Biarlah nama Allah menjadi nama yang sering di dengar si kecil, bahkan lebih sering dari nama ayah dan ibunya.
  5. Sampai usia 3 tahun. Mulailah perkenalkan surah dan hadits pendek. Seorang ibu di Jawa Tengah membiasakan si kecil menghafal surah pendek di usia 3 tahun, dan dalam usia 6 tahun anak ini sudah menjadi penghafal Al-Quran.
  6. Usia 3 - 6 tahun. Inilah saat “ledakan intelektualita” berikutnya ketika anak sangat bersemangat belajar lewat cerita, dongeng dan segala macam alat lainnya. Bacakanlah kisah-kisah dari Al-Quran dan sirah Nabawiyah (sejarah kehidupan Nabi SAW).
  7. Usia 7 – 10 tahun. Anak mulai mengembangkan sayapnya sendiri maka temanilah dan terbanglh brsamanya dalam petualangan belajar. Pancing keingintahuanya. Pancing dia berfikir tenteng allah dan semua pencitaanNya. “Kakak suka membaca buku ini? Terimakasih kembali, tapi yang lebih penting, ucapkan alhamdulillah. Kenapa? Karena.......”
  8. Di atas 10 tahun. Si kecil sudah merasa besar dan ingin menjelajahi dunia luar, mencari “keluarga” di luar keluarga yamh dimilikinya, maka dialog terbuka dan tulusadalah pegangan bagi para orang tua untuk terus mempelihara hubungan anak dengan Allah.
  9. Usia praremaja dan remaja adalah saat genting ketika cinta anak kepada Allah diuji oleh lingkungannya, maka bekalilah dia sedini mungkin agar cintanya kepada allah tak luntur dimakan waktu. Insya Allah.......
</span>
Lebih lanjut >>

Merawat Tali Pusat merupakan bagiang yang paling “mengerikan” dari serangkaian ritual membersihkan bayi. Nah, untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar, ikuti petunjuk berikut ini:
  1. Selalu cuci tangan sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat.
  2. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali pusat.
  3. Kemudian, bersihkan tali pusat, terutama bagian yang dekat dengan dinding perut atau lipatan di bagian dasarnya, dengan air bersih dan sabun, lalu keringkan.
  4. Sebaiknya tali pusat tidak perlu dikasih apa-apa. Penggunaan cairan antiseptik yang memiliki kandungan yodium pun tidak lagi dianjurkan. Tali pusat bisa ditutup dengan kain kasa steril.
  5. Kain kasa harus diganti, setiap kali bayi usai mandi, berkeringat, terkena kotoran dan basah.
  6. Jangan pernah sengaja menarik-narik atau mencopotnya, karena tali pusat ini akan lepas dengan sendirinya.
  7. Hindari hal-hal yang aneh dan berbau mistis. Menaruh koin di atas tali pusat, diberi kopi dan sebagainya. Karena hal ini akan menjadikan tali pusat sarang kuman atau menyebabkan tali pusat tetanus.
  8. Segera dibawa ke dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat bayi yang belum lepas, karena bisa jadi itu adalah tanda-tanda tetanus.
  9. Setelah puput, tidak perlu ada perlakuan istimewa, tetapi jangan lupa untuk selalu membersihkan bagian pusar. Mandikan seperti biasa dan biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka, tidak perlu dibungkus lagi.
Lebih lanjut >>