twitter
rss

Apa yang ada di benak orang tua saat anak kecilnya yang baru berusia balita menginginkan hal-hal yang seperti orang tua mereka kerjakan? Mungkin kebanyakan orang tua akan berkata “Jangan”, “Gak boleh”, atau “kamu gak bisa mengerjakan itu”. Terkadang para orang tua terlalu takut jika anak – anaknya terluka, jatuh, atau sebagainya. Mereka terlalu memanjakan anak – anaknya, tanpa membebani suatu pelajaran dalam bentuk sikap maupun perkataan. Akibatnya banyak kita temui di lingkungan sekitar kita yang anak-anak mulai tidak patuh pada perintah orang tua. Inilah akibat jika dari kecil para orang tua sering memanjakan mereka.
Mulailah para orang tua itu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang bagaimana berikap di masyarakat. Mulailah menerapkan di lingkungan keluarga, biarkan mereka berbuat semau mereka selama itu tidak membahayakan mereka. Hanya lakukan pengawasan kepada mereka, berilah pelajaran tentang benar dan salah. Berilah hadiah kepada mereka jika mereka berhasil berbuat sebuah kebaikan, dan juga berilah hukuman jika mereka berbuat kesalahan dan tentu hukuman ini yang bisa mendidik mereka supaya mereka bisa berbuat yang lebih baik.
Mialnya anak berkata “Mama aku ingin naik sepeda itu...” kata si mama “Jangan Nak, nanti kamu jatuh, kalau sudah besar saja....” Nah, hal seperti inilah yang tidak mendukung perkembangan motorik si anak. Mereka akan takut sebelum melakukunnya, mereka tidak ingin mencobanya, sehingga banyak kita jumpai hal-hal yang seharusnya sudah bisa dilakukan oleh anak yang seusia dia, belum bisa untuk dilakukannya.
Nah di bawah ini ada beberapa tips buat orang tua agar anak lebih mudah dinasehati:
1. Jangan terlalu memanjakan mereka.
Dengan terlalu memanjakan mereka, anak tidak akan dengan mudah membentuk pribadi mereka, mereka cenderung ingin selalu dengan kita, mereka tidak bisa mendiri seperti teman2 mereka. Anak yang selalu apa yang diinginkan selalu terwujud, mereka akan kesulitan jika mereka mendapatkan suatu kesulitan, mereka akan down dan bingung apa yang harus mereka lakukan. Jadi kita harus mengerti kondisi anak2 kita. Jangan sampai perlakuan para orang tua membebani mereka di saat mereka remaja atau dewasa nanti.

2. Biasakan anak mendapatkan sesuatu itu dengan usaha mereka.
Memberikan sesuatu kepada anak kita itu wajar, namun jangan terlalu sering. Karena hal tersebut dapat membuat mereka tidak aktif. Biasakan apapun yang anak kita mint aitu harus ada pengorbsnsn dulu. Mereka harus melakukan suatu pekerjaan, atau mungkin bisa dalam bebtuk prestasi, lha dengan itu kita sebagai orang tua dapat memberikan sesuatu itu dengan menyebutnya sebagai reward atau hadiah atas usaha mereka.

3. Berikan perhatian pada mereka setiap saat.
Anak selalu butuh perhatian di manapun dan kapanpun. Hal ini sering dicontohkan oleh Rasulullah kepada cucu2nya. Rasul sering bermain dengan mereka, sering mencium pipi mereka, mengajak bersandaguarau. Sampai suatu ketika, ada seseorang yang iri kepada Rasul, sahabat itu iri melihat Rasul bisa bermain dengan cucu2nya. Sementara sahabat itu belum pernah sekalipun mencium anak2nya. Maka dari itu Rasul mencontohkan kepada sahabat itu, kalu kita berada di lingkungan anak2 maka kita juga bersikap selayaknya anak kecil. Kita juga ikut bermain dengan mereka dan mengerti keinginan mereka.

4. Bersikaplah yang baik di hadapan anak.
Karakter anak mulai terbentuk mulai kecil. Dan orang yang pertama ditiru oleh mereka adlah orang tua mereka. Kalau misalkan orang tua berkata yang tidak baik di hadapan anak2nya, maka anak2 akan mudah menirukannya. Maka dari itu, jika ingin anak2 kita mempunyai akhlak yang baik, maka mulailah dari diri orang tuanya. Bersikaplah yang baik di depan mereka. Menirulah akhlak Rasul dan cara2 Rasul dalam mendidik anak. Seringlah membca Tarikh Anbiya’. Insya Allah di siyu banyak sekali pelajaran yang dapatkita tiru.

5. Janganlah menyuruh, tapi mengajak.
Jangan katakan “cepat!” tapi “ayo!”. Dua kata itu sama tapi kalau kita merasakan sangatlah berbeda. Kata “cepat” cenderung untuk mrmperintah, tapi kalau kata “ayo” cenderung untuk mengajak. Anak lebih suka di ajak dari pada di perintah. Anak akan merasa terbebani jika mereka dituntuy untuk melakukan sesuatu dengan cepat. Makanya ia cenderung membangkang. Berbeda jika kita memerintah dengan kata “ayo”. Anak merasakan berbeda, mereka merasa kalau mereka mengerjakan hal tersebut tidak sendirian, ada orang (yeng memerintah) itu selalu ada di sampingnya. Apalagi kalau kita memerintah dengan kata yang lembut, pasti anak akan taat pada orang yang memerintahkan itu……. Senang kan jika anak patuh pada orang tua?????????????

Lebih lanjut >>

50 tahun yang akan datang….
Mungkin kita sudah mati dan jasad kita terkubur entah di mana, atau sedang renta sehingga haus berpegangan tongkat untuk berjalan, atau sedang menjemput syahid di jalan Allah di hari yang sama dengan hari ketika kita bertemu sekarang dan jam yang sama dengan jam saat kita berbincang-bincang atau kita sedang menunggu kamatian dating dengan kabaikan yang besar dan bukan keburukan. Allahumma amin…
50 tahun yang akan datang…..
Anak-anak kita mungkin sudah tersebar di seluruh dunia. Saat itu, mungkn ada tyang sedang menggugah inspirasi umat Islam seluruh dunia, berbicara di Mesir hingga Amerika, dari Makkah Al-Mukarromah hingga Barcelona. Ia menggerakkan hati dan melakukan proyek-proyek kebaikan sehingga kota-kota yang pernah terang benderang di zaman keemasan Islam, dari Gibraltar hingga Madrid, dari Istambul hingga Shenzhen, kembali dipenuhi genuruh takbir saat penghujung malam datang. Senentara siangnya mereka seperti singa kelaparan yang bekerja kers menggenggam dunia. Mereka membasahi tubuhnya dengan keringat karena kerasnya bekerja meski segala fasilitas dunia telah ada, senentara di malam hari mereka membasahi wajah dan hatinya dengan air mata karena besarnya rasa takut pada Allah. Rasa takut yang bersumber dari cinta dan taat kepadaNya.
Ya, mereka gigih merebut dunia bukan karena gila harta dan takut mati, tetapi kerena igin mnejadikan setiap detik kehidupannya untuk enolong agama Allah Azza wa Jalla. Dengan mengambil fardhu kifayah yang belum banyak tertangani. Gigih bekerja karena mengharap setiap tetes keringatnya dapat menjadi pembuka jalan ke surge.
Kelak anak-anak kita bertebaran di muka bumi. Meninggikan kalimat Allah, menyeru kepada kebenaran dengan cara yang baik., salimh mengigatkan untuk menjahui kemungkaran dan mengimani Allah dengan benar.Tangannya mengendalikan kehidupa, tetapi hatinya merindukan kematian. Bukan karena jenuh dan berutus asa terhadap dunia, tetapikarena kuatnya keinginan untuk pulang ke kampong akhirat dan mengharap pertemuan degan Allah dan RasulNya.
Mereka inilah anak-anak yang hidup jiwanya. Bukan sekedar cerdas otanya. Kuat imannya, kuat ibadahnya, kuat ilmunya, kuat himmah-nya, kuat ikhtiarnya, kuat pula sujudnya. Dan itu semua tak akan pernah terwujud jika kita tdak mempersiapkannya, hari ini!
50 tahun yang akan datang.....
Anak-anak kita mungkin sedang mengendalikan dunia dan memennuhi hatinya dengan dzikir kepada Allah. Mereka mungkin sedang mengendalikan jaringan bisnis besar. Supermarket-hypermarket hingga perusahaan manufaktur berteknologi tinggi di seluruh dunia
Sebagian lainnya mungkin sedang memimin ma’had putri yang setiap alumninya menjadi penentu sejarah dunia. . Bukankah al-ummah madrasah al-ula (ibu madrasah pertama) yang membentuk karakter dan berfikir satu generasi di belakangnya? Maka mempersiapkan visi dan kecakapan seorang ibu sama pentingnya dengan mempersiapkan peradaban umat ini lima tahun kedepan. Membiarkan anak perempuan menyibukkan diri dengan hasrat memproleh perhatian lawan jenis, seperti mengizinkan masa depan agamadan umat ini hancur.
Anak-anak harus dibekali agar kelak menjadi erempuan untuk agama ini yang setiap katanya akan menunggikan kalimat Allah. Sementara rahimnya, tidaklah akan tumbuh benih di dalamnya kecuali generasi yang sejak awal pertemuan sudah bertabur klimat yang suci. Bukankah kepribadian terbentuk sejak awal pertemuan sudah bertabur kalimat suci? Bagaimana kedua orang tua mereka mempertemukan benih sangat mempengaruhi bagaimana benih itu kelak tumbuh dan berkembang.
Persiapkan pula anak laki-laki kita agar menjadi pemberani bagi agama ini. Mereka menghiasi hidupnya dengan tangis di malam hari, dan usaha yang gigih di malam hari. Merek mampu menegakkan kepala dengan izzah (harga diri) yang tinggi di hadapan manusia karena kehormatan, kemuliaan, keimanannya. Teapi terhadap istrinya, sikaplemah lembut penuh cinta. Bukankah untuk melahirkan anak yang hebat dan saleh, pintu pertamanya mencinyai ibu mereka dengan sepenuh hati?
Ketulusan cinta dapat menggerakkan hati bunda untuk tak henti-hentinya memberi perhatian. Ia tetap mampu tersenyum di saat anak bangun di tengah malam, tepat ketika ia baru saja terlelap, meski ada yang mencintainya sepenuh hati sepenuh jiwa. Seorang suami tidak hanya memberi harta,lebih itu memberikan perhatian dan kesediaannya berbagi.
Aisyah ra menangis kagum kepada suaminya, Rasulullah SAW, karena perhatiannya yang lembut? Sebagaimana dinukil Ibnu Katsir, Aisyah menangis seraya berucap, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba (Ah semuanya menkjubkan bagiku),” tatkala ditanya apa yang paling berkesan baginya dari Rasulullah. Ia kemudian bertutur tenteng bagaimana Rasulullah meminta izin kepadanya untuk qiyamul lail. Hanya itu. Tetapi perkara yanng kecil itu tak ada perhatiannya besar.
50 tahun yang akan datang.....
Di negeri ini ....kita mungkin menemui pusara bapak –bapak yang hari ini sedang mewarnai anak-anak kita. Merek terbujur tanpa nisan tanpa prasasti, sementara hidangan di surga telah menanti. Atau sebaliknya, beribu-ribu monumen berdiri mengenangnya, sementara tak ada lagi kebaika yang bisa diharapkan. Mereka menjadi berhala yang dikenang dengan perayaan, tetapi tak ada doa membasahi lisan anak-anaknya. Na’udzubillahi mindzalik.
Betapa banyak pelajaran yang bertabur di sekeliling kita, dari orang-orang masih hidup atau meeka yang sudah tiada. Tetapi betapa sedikit yang kita reungkan.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang mengulang-ulang pembahasan tentang Al-Ma’uun hingga menimbulkan pertanyaan dari murid-muridnya, masih kerap kita dengar. Jejak-jejak kebaikan berupa rumah sakit, pantia asuhan, dan sekolah-sekolah masih bertebaran. Tetepi jejak-jejak ruhiyah dan idealismenya yang membuatnya bergerak menata akidah umat ini, rasanya semakin sulit kita lacak.
Tulisan pendiri NU, Syaikh Hasyim Asy’ari, sahabat dekat KH Ahmad Dahlan, masih bisa kita lacak, meski semakin langka. Tetapi jejak ruhiyah dan idealismenya semakin sulit ditemukan. Apa yang dulu diyakini haram oleh Syeikh, hari ini justru dianggap wajib oleh merek yang merasa sebagai pengikutnya.
Apa artinya? Iman tidak kita wariskan, kecuali kalau hari ini kita didik mereka dengan sungguh-sungguh untuk mencintai Tuhannya. Keyakinan, cara pandang, dan idealisme juga tidak bisa kita wariskan ke dalam dada mereka, kalau hari ini kita hanya sibuk memikirkan dunianya, bukan akhiratnya. Atau kita persiapkan mereka menuju akhirat, tetapi kita bekali dengan kekuatan, ketrampilan, dan ilmu untuk memenangi hidup di dunia dan menggenggamnya. Betapa banyak anak yang dulu rajin puasa Senin-Kamis, tetapi kita harus bertarung melawan kesulitan hidup, yang kemudian Sesin-Kamis adalah imannya. Kadang ada, kadang nyaris tak tersisa. Na’udzubillahi min dzalik.
Teringatlah saya dengan perkataan Nabi Ya’qub as saat menghadapi sakaratul maut. Allah mengabdikannya dalam Surah Al-Baqarah ayat 133 : “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “apa yang kamu sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Ya, “Maa ta’buduuna min ba’dy? (Apakah yang akan kalian sembah setelah aku)?” Bukan, “Maa takkuluuna min ba’dy? (Apakah yang akan kalian makan setelah aku tiada?)”
Lalu, seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk memperbanyak tabungan agar kelak mereka tidak kebingungan cari makan sesudah kita tiada? Ataukah kita bekali jiwanya dengan tujuan hidup, visi besar, semakin menyala-nyala, budaya belajar tinggi, iman yang kuat, dan kesedihan untuk berbagi kepada Allah?
Kita hidupkan jiwanya dengan memberi bacaan yang bergizi, nasihat yang menyejukkan hati, dorongan yang melecut semangat, tantangan yang menggugah, dan dukungan di saat gagal sehingga ia merasa kita perhatikan. Kita nyalakan tujuan hidupnya dengan mengajarkan mereka untuk mengenak Tuhannya. Kita bangun visi besar mereka dengan menghadirkan kisah orang-orang besar sepanjang sejarah, orang-orang saleh yang telah memberi warna kehidupan, sehingga mereka menemukan figur untuk dipelajari, dikagumi, dan dicontoh.
50 tahun mendatang anak-anak kita, hari inilah menentukannya. Semoga waisan terbaik kita untuk mereka adalah pendidikan yang kita berikan dengan berbekal ilmudan kesungguhan. Kita antarkan pesan-pesan itu dengan cara yang terbaik. Sementara doa-doa yang kita panjatkan dengan tangis dannn air mata, semoga menggenapkan yang kurang, meluruskan yang keliru, menyempurnakan yang sudah baikdan di atas semuanya, kapada siapa lagi kita meminta selain kepaa-Nya???
Lebih lanjut >>

Orang lain sering memberi sebutan pada anak kita denga sebutan “kecil tapi nakal”. Terkadang juga mereka mengeluh akan kebiasaan anak melempar atau merusak sesuatu. Jangan kaget mendengar hal ini karena anak suka melanggar segala sesuatu yang dibilang “jangan” dan “tidak boleh”.
Yang menjadi pertanyaan, kapan anak mulai mendengarkan orang tua dan menuruti segala yang dikatakan orang tua? Berdasarkan penelitian dari Kristin H.Lagattuta dari california University, Amerika Serikat, semakin dewasa anak, semakin mengerti akan akibat apa yang telah dilakukan sebagai bukti dari tingkat kematangan emosi.
Usia 4-7 tahun merupakan usia penyerapan bagi anak. Pad ausia ini, anak akan mengerti dampak dari perbuatan dan mengerti aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar. Selain itu, anak sudah dapat berpikir positif.
Pada usia ini, anak semakin tahu bahwa kepuasaan emotional dibentuk tidak hanya dari segera terpenuhinya keinginan anak, tetapi juga dari kewajiban untuk menuruti apa yang diinginkan anak dan lingkungannya.
Menurut hasil riset tersebut, pada usia 7 tahun, anak akan memasuki tahap berpikir fokus dengan emosi yang lebih matang dan patuh. Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar teori untuk penelitian perkembangan otak anak dan kesadaran moral anak. Ini merupakan informasi penting bagi guru dan orang tua untuk membantu anak mengembangkan sikap emtional anak.

Lebih lanjut >>

Usia batita adalah masa yang paling tepat bagi anak untuk dikenalkan pada huruf dan kata serta menumbuhkan keinginan bacanya. Meski demikian, syarat dan ketentuan berlaku di sini, yaitu:
1. Ajarkan membaca dengan cara yang menyenangkan
2. Jangan paksa anak, kalau sudah terlihat bosan segera hentikan.
3. Jangan pasang target-target tertentu, seperti sekian bulan sudah hafal sekian huruf
4. Berikan contoh langsung, anak yang tumbuh dari keluarga suka membaca lebih mudah mencintai kegiatan baca.
Langkah-langkah
Dengan kondisi menyenangkan tanpa target, inilah yang dapat Anda lakukan untuk mengajak anak Anda membaca:
1. Memasang karpet huruf
Pasanglah karpet huruf di kamar anak. Saat ini banyak tersedia karpet dengan motif huruf serta gambar-gambar menarik yang terbuat dari bahan karet yang bisa dilepas-lepas ataupun bahan wol. Dengan demikian setiap hari, tanpa disadari anak akrab dengan berbagai bentuk huruf.
2. Tempel nama
Tempelkan nama anak di pintu kamar atau lemarinya. Dengan melihat tulisan namanya setiap hari, si kecil akan hafal huruf-huruf tertentu sehingga ia tidak kaget saat belajar mengeja namanya.

3. Ada huruf di mana-mana
Kalau anak terlihat mulai asyik belajar mengenal huruf, orangtua bisa menempel huruf di tempat-tempat yang mudah terlihat. Misal, di lemari, pintu kulkas, dinding, kursi, buku dongengnya, dan sebagainya. Metode ini diharapkan mempermudah anak dalam belajar bunyi-bunyian huruf karena ia sudah mengenal bentuk huruf sebelumnya.
4. Kartu bergambar
Biasanya kartu baca itu berukuran 8×10cm, dengan gambar tertentu disertai tulisan di bawahnya. Contoh, gambar buah apel dengan tulisan APEL di bawahnya. Cara bermainnya cukup mudah, tunjukkan beberapa kartu supaya anak ingat. Lakukan dengan cara menyenangkan, misalnya menyelipkannya di antara kegiatan bermain.
5. Lagu-lagu
Beberapa lagu memang dibuat untuk mengajarkan kenal huruf pada anak. Nyanyikan lagu sambil bermain atau setelkan CD-nya saat bermain bersama anak. Lama-lama anak akan hafal karena sering menirukan bunyinya

Lebih lanjut >>


Akrab dengan tafsir Al-Qur'an
sejak dini
"Mengenalkan anak pada tafsir Al-Qur'an sejak dini,
dengan cara yang kreatif dan menyenangkan"
Dear Rekan orang tua sekalian, Ayah-Ibu, Papa-Mama, Ummi-Abi....
Sebagian besar orang tua muslim umumnya tahu bahwa Al-Qur'an adalah pembeda, nasihat, peraturan, kebijaksanaan, obat, penunjuk, karunia, penerang, cahaya, pedoman, kabar gembira, firman Allah yang akan teramat baik jika dipelajari sejak dini.
 
Pertanyaannya sekarang....
Se
berapa jauhkah anak-anak kita diajari Al-Qur’an?
 
Mungkin jawabannya begini :
Lumayan
... kan di sekolah ada pelajaran baca tulis Al-Qur’an
dan hafalan ayat....

Tapi bukan cuma itu, maksudnya...
mengkaji Al-Qur’an dan maknanya, hikmah di balik ayat-ayatnya, sejarah di balik turunnya ayat tersebut....
Diajari jugakah ??....

Kalau jawabannya :
Di sekolah nggak sedalam itu kayaknya.
Tapi
kalau itu sih saya juga nggak bisa, saya nggak pernah masuk pesantren, nggak pernah khusus belajar agama,
dan nggak terlalu ngerti juga kalo baca terjemahan
Al-Qur’an....

SAMA ! Itu juga jawaban saya... !
 
 
Oh iya, sebelumnya... lepaskan cara pandang 'jadul' ya... bahwa :
yang perlu belajar Al-Qur'an hanya calon ustadz,
Al-Qur'an hanya berisi hukum-hukum yang rumit,
Al-Qur'an hanya untuk dibaca di acara seremonial keagamaan
seperti pengajian dan tahlilan....

Karena sesungguhnya...
Al-Qur'an itu untuk seluruh umat manusia,
yang sarat dengan :

fakta menakjubkan...
seruan untuk berpikir...
pertanyaan menggelitik...
tantangan untuk berprestasi...
sejarah penuh makna...
seni dan keindahan...
ilmu pengetahuan...
dan masih banyak hal menarik lainnya!...

Kesimpulannya... belajar Al-Qur'an itu akan
mencerdaskan
dan mencerahkan. Sepakat...?!

Tapi..... selama ini... membaca Al-Qur’an terasa berat  dan membosankan, teks yang kecil-kecil dengan bahasa
yang kadang
sulit dimengerti...
Orang dewasa saja banyak yang merasa sulit memahaminya,
apalagi anak-anak
!


Jadilah Al-Quran itu pajangan di rumah,
hanya dibuka sekali-sekali,
dan tentu saja....

TERKALAHKAN
oleh TV, komik, play station, dan lain-lain....

... nggak jadi cerdas dan tercerahkan donk...!

So.... mulai sekarang dekatkan anak-anak kita dengan Al-Quran sejak dini.


Lebih lanjut >>

  Apa sih mencintai Allah? Menjadikan Allah Maha Kuasa sebagai target cinta yang lebih dari mencintai diri sendiri, porang tua dan segala hal lainnya di duni ini. Bagaimana caranya/
Apa perlunya mendidik anak mencintai Allah? Karena Allah sendiri yang bersabda di dalam QS 3:31 “Katakanlah (hai Muhammad, kepada ummah manusia). “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “Allah Maha Pengampun lagi  Maha Penyayang.” Karena Rasulullah SAW bersabda, “YA Allah, biarkanlah cintaMu menjadi sesuatu yang ebih kucintai daripada diriku sendiri, keluargaku, hartaku, anak-anakku, dan air dingin ketika aku haus.”
<span class="fullpost">
Bagaiman Cara Menanamkan Cinta Anak Kepada Allah?
  1. Mintalah pertolongan Allah.
  2. Sesuaikan upaya kita mendidik anak agar mencintai Allah dengan tahap-tahap perkembangan kita dan anak kita. Seperti dalam kisa di atas, mulailah dengan memilih pasangan yang sholih dan sholihah dan memjdikan Allah sebagai kecintaan utama mereka.
  3. Lanjutkan upaya membangun cint Allah saat anak masih dalam kandungan.ibi-ibu yang sambil menyeka keringat karena kepayahan saat mengandung namun terus beribadah pendidik-pendidik utama.
  4. Sejak lahir sampai usia 2 tahun. Mulailah dengan Asma’ul Husna. Bacakanlah Al-Quran, lantunkan sholawat, dendangkan nasyid.........bacakan bismilla dan alhamdulillah dalam setiap aktivitas. Biarlah nama Allah menjadi nama yang sering di dengar si kecil, bahkan lebih sering dari nama ayah dan ibunya.
  5. Sampai usia 3 tahun. Mulailah perkenalkan surah dan hadits pendek. Seorang ibu di Jawa Tengah membiasakan si kecil menghafal surah pendek di usia 3 tahun, dan dalam usia 6 tahun anak ini sudah menjadi penghafal Al-Quran.
  6. Usia 3 - 6 tahun. Inilah saat “ledakan intelektualita” berikutnya ketika anak sangat bersemangat belajar lewat cerita, dongeng dan segala macam alat lainnya. Bacakanlah kisah-kisah dari Al-Quran dan sirah Nabawiyah (sejarah kehidupan Nabi SAW).
  7. Usia 7 – 10 tahun. Anak mulai mengembangkan sayapnya sendiri maka temanilah dan terbanglh brsamanya dalam petualangan belajar. Pancing keingintahuanya. Pancing dia berfikir tenteng allah dan semua pencitaanNya. “Kakak suka membaca buku ini? Terimakasih kembali, tapi yang lebih penting, ucapkan alhamdulillah. Kenapa? Karena.......”
  8. Di atas 10 tahun. Si kecil sudah merasa besar dan ingin menjelajahi dunia luar, mencari “keluarga” di luar keluarga yamh dimilikinya, maka dialog terbuka dan tulusadalah pegangan bagi para orang tua untuk terus mempelihara hubungan anak dengan Allah.
  9. Usia praremaja dan remaja adalah saat genting ketika cinta anak kepada Allah diuji oleh lingkungannya, maka bekalilah dia sedini mungkin agar cintanya kepada allah tak luntur dimakan waktu. Insya Allah.......
</span>
Lebih lanjut >>

Merawat Tali Pusat merupakan bagiang yang paling “mengerikan” dari serangkaian ritual membersihkan bayi. Nah, untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar, ikuti petunjuk berikut ini:
  1. Selalu cuci tangan sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat.
  2. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali pusat.
  3. Kemudian, bersihkan tali pusat, terutama bagian yang dekat dengan dinding perut atau lipatan di bagian dasarnya, dengan air bersih dan sabun, lalu keringkan.
  4. Sebaiknya tali pusat tidak perlu dikasih apa-apa. Penggunaan cairan antiseptik yang memiliki kandungan yodium pun tidak lagi dianjurkan. Tali pusat bisa ditutup dengan kain kasa steril.
  5. Kain kasa harus diganti, setiap kali bayi usai mandi, berkeringat, terkena kotoran dan basah.
  6. Jangan pernah sengaja menarik-narik atau mencopotnya, karena tali pusat ini akan lepas dengan sendirinya.
  7. Hindari hal-hal yang aneh dan berbau mistis. Menaruh koin di atas tali pusat, diberi kopi dan sebagainya. Karena hal ini akan menjadikan tali pusat sarang kuman atau menyebabkan tali pusat tetanus.
  8. Segera dibawa ke dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat bayi yang belum lepas, karena bisa jadi itu adalah tanda-tanda tetanus.
  9. Setelah puput, tidak perlu ada perlakuan istimewa, tetapi jangan lupa untuk selalu membersihkan bagian pusar. Mandikan seperti biasa dan biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka, tidak perlu dibungkus lagi.
Lebih lanjut >>

Merawat Tali Pusat merupakan bagiang yang paling “mengerikan” dari serangkaian ritual membersihkan bayi. Nah, untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar, ikuti petunjuk berikut ini:
  1. Selalu cuci tangan sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat.
  2. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali pusat.
  3. Kemudian, bersihkan tali pusat, terutama bagian yang dekat dengan dinding perut atau lipatan di bagian dasarnya, dengan air bersih dan sabun, lalu keringkan.
  4. Sebaiknya tali pusat tidak perlu dikasih apa-apa. Penggunaan cairan antiseptik yang memiliki kandungan yodium pun tidak lagi dianjurkan. Tali pusat bisa ditutup dengan kain kasa steril.
  5. Kain kasa harus diganti, setiap kali bayi usai mandi, berkeringat, terkena kotoran dan basah.
  6. Jangan pernah sengaja menarik-narik atau mencopotnya, karena tali pusat ini akan lepas dengan sendirinya.
  7. Hindari hal-hal yang aneh dan berbau mistis. Menaruh koin di atas tali pusat, diberi kopi dan sebagainya. Karena hal ini akan menjadikan tali pusat sarang kuman atau menyebabkan tali pusat tetanus.
  8. Segera dibawa ke dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat bayi yang belum lepas, karena bisa jadi itu adalah tanda-tanda tetanus.
  9. Setelah puput, tidak perlu ada perlakuan istimewa, tetapi jangan lupa untuk selalu membersihkan bagian pusar. Mandikan seperti biasa dan biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka, tidak perlu dibungkus lagi.
Lebih lanjut >>

Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai tumbuh, orangtua harus bertanggungjawab membersihkan gigi bayi mereka. Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di kemudian hari. Karena itu, sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana merawat gigi anak sejak bayi dengan cara yang benar, agar kesehatan gigi dan mulut anak teratasi.
Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan:
1. Bersihkan gusi bayi anda dengan kain lembab, setidaknya dua kali sehari
2. Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan botol susunya.
3. Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain lembab
4. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu yang manis.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan:
1. Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat cukup fluor
2. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab ( tidak basah sekali), sehabis menyusui.
3. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari botol) kecuali air putih.
4. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu
5. Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu.
6. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.
7. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi dengan air.
8. Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 13-24 bulan:
1. Mulailah perkenalkan pasta gigi berfluoride
2. Jangan biarkan anak tidur dengan botol susu (sambil minum susu dari botol), kecuali air putih.
3. Pergunakan pasta gigi seukuran sebutir kacang hijau.
4. Sikat gigi anak setidaknya dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum tidur di malam hari)
5. Gunakan sikat gigi yang lembut dari bahan nilon.
6. Ganti sikat gigi tiap tiga bulan atau bila bulu-bulu sikat sudah rusak.
7. Jadilah teladan dengan mempraktekkan kebiasaan menjaga kesehatan mulut dan lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
8. Biasakan anak untuk memakan makanan ringan yang sehat, seperti buah segar dan sayuran segar.
9. Hindari makanan ringan yang mengandung gula.
Lebih lanjut >>

Direktur Eksekutif Indonesia Heritage Foundation (IHF) Ratna Megawangi mencermati, pendidikan budi pekerti yang selama ini diberikan pada siswa-siswi, baik melalui pelajaran agama dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tidak berhasil, kalau tidak ingin dikatakan gagal total. Kendati pelajaran-pelajaran itu isinya bagus, sayangnya itu tidak membekas ke dalam perilaku manusianya.
Menurut Ratna, menjadi manusia yang berkarakter butuh proses yang tidak sebentar. Jadi, tidak cukup hanya melalui pelajaran di sekolah, atau pergaulan di rumah.
Ratna mengaku miris melihat buruknya kondisi moral masyarakat pada awal reformasi tahun 1998. Pasca kerusuhan 1997/1998, bangsa Indonesia penuh diliputi amarah, dendam, caci maki, dan rasa curiga. Ia meyakini ada yang salah dengan sistem pendidikan yang selama ini diterapkan di negeri ini. Sistem pendidikan nasional telah gagal menanamkan karakter yang baik bagi siswa-siswi.
Secara spesifik, Ratna menyebut tiga unsur yang harus dilakukan dalam model pendidikan karakter. Pertama, Knowing the good. Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hal itu. ‘Selama ini mereka tahunya mana yang baik dan buruk, namun mereka tidak tahu alasannya,” ungkap Ratna.
Kedua, Feeling the good. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Di sini anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Jika Feeling the good sudah tertanam, itu akan menjadi “mesin” atau kekuatan luar biasa dari dalam diri seseorang untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan perbuatan negatif.
Ketiga, Acting the good. Pada tahap ini, anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada artinya. Selama ini hanya imbauan saja, padahal berbuat sesuatu yang baik itu harus dilatih, dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Menurut Ratna, ketiga faktor tersebut harus dilatih secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Jadi, konsep yang dibangun, adalah habit of the mind, habit of the heart, dan habit of the hands.
Karakter menjadi kunci utama sebuah bangsa untuk bisa maju. Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, tidak akan maju jika sumber daya manusia (SDM) tidak berkarakter, tidak jujur, tidak bertanggungjawab, tidak mandiri, serta tidak jujur.
Pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan edukatif dan didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang bertumbuh. Dalam kegiatan mendidik, manusia menghayati adanya tujuan-tujuan pendidikan.
Lebih lanjut >>

Fondasinya Tetap Keluarga
Hal menarik disampaikan oleh James T Riady, pendiri Yayasan Pendidikan Pelita Harapan. Terlepas dari penting dan besarnya peranan sekolah sebagai “pencetak” langsung sumber daya manusia (SDM), namun James tetap mengingatkan bahwa fondasi utama pendidikan adalah keluarga. “Sekolah itu hanya berfungsi sebagai kontraktor pendidikan dari rumah,” ujarnya.
Apa yang diajarkan di sekolah merupakan aplikasi dan pengembangan dari setiap pengetahuan dasar yang diperoleh dari rumah. Pembentukan karakter dan penanaman moral serta etika, harus sudah dilakukan sebelum si anak berangkat ke sekolah.
Menurut James, seharusnya para orangtua tidak bisa melepaskan atensi dan menyerahkan begitu saja si anak pada pihak sekolah, tanpa memperhatikan perkembangan pendidikannya. Komunikasi antara sekolah dan orangtua harus selalu dijaga. Itu dimaksudkan agar para orangtua juga mengetahui secara baik mengenai bakat sesungguhnya si anak.
James mengemukakan pengalaman pribadi keluarganya sebagai referensi dalam membentuk “identitas” generasi muda. Berdasarkan pengalamannya, orangtua harus memperhatikan perkembangan anak dari usia 8 sampai 12 tahun, karena masa penting pertumbuhan berada pada kisaran usia tersebut. Pada rentang usia tersebut anak dinilai masih polos sehingga rentan terkena pengaruh dari luar.
“Membentuk identitas anak itu seperti dua sisi koin. Apabila beban hidup sangat sedikit dan segalanya serba tersedia, hanya akan menjadikan anak seperti mesin uang. Sebaliknya bila beban terlalu banyak bisa menyebabkan anak frustasi,” ungkap James.
James mencontohkan itu pada masalah pengembangan bakat anak. Setiap anak memiliki bakat atau talentanya sendiri. “Banyak orangtua yang memarahi anaknya bila nilai matematikanya 6. Padahal, mereka (orangtua) tidak tahu, bahwa nilai itu adalah yang terbaik buat anaknya,” paparnya. Itulah salah satu contoh kasus para orangtua yang acapkali “menutup mata”, bahkan mungkin memang tidak mengetahui sama sekali akan kemampuan si anak. Di lain sisi, meski para orangtua tidak bisa memaksakannya, namun anak harus terus didorong untuk memaksimalkan potensinya. “Inilah keuntungan dari komunikasi yang harus selalu terjaga antara orangtua dan sekolah,” ujar James.
Mengirim anak belajar ke sekolah berkualitas di luar negeri, kerap pula menjadi pilihan banyak keluarga mapan. Di sini, para orangtua yakin bahwa sekolah di luar negeri tak hanya mengajarkan ilmu, namun turut membentuk karakter siswanya. Bagi James Riady, seharusnya para orangtua tak mudah silau dengan sekolah luar negeri. Makanya, para orangtua jangan tergesa-gesa menyekolahkan anaknya di luar negeri.
“Selain kini telah banyak sekolah lokal yang memenuhi standar internasional, si anak mungkin akan banyak menemui kendala ketika menuntut ilmu di negeri orang,” ujar James. Perbedaan gaya kehidupan dan parameter norma kesopanan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur, merupakan salah satu contoh kendala.
Agus T, salah satu orangtua, sependapat dengan James. Agus menyoroti sisi pengawasan yang minim, dan itu menjadi alasan utama mengapa dia enggan menyekolahkan anaknya ke luar negeri, “Kalau sekolah di sini (dalam negeri), kan gampang saya mengawasi anak,” ujarnya.
“Seminar A Refreshing Moment, Reflecting on Family and Education ini bagus sekali. Terlebih lagi, pemaparan Pak James Riady mengenai keluarga sebagai fondasi utama pendidikan anak,” ujar Irwan, bapak dengan dua anak yang berdomisili di Jakarta ini.
Kendati Irwan tak memungkiri bahwa kualitas sekolah di luar negeri lebih baik bila dibandingkan sekolah di Indonesia, namun dia mengaku keberatan untuk melepas anak-anaknya untuk bersekolah di luar negeri. “Mungkin nanti, ketika mereka melanjutkan pendidikan ke universitas, baru saya kirim ke luar negeri,” ujarnya.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Melly Sri Sulastri Rifai juga menekankan, bahwa kunci keberhasilan pembentukan karakter seorang anak terletak pada keluarga, sebab keluarga menjadi wadah pembentukan karakter yang utama dan pertama. “Semua orang harusnya menyadari hal itu,” ujarnya.
Kendati ada sekolah dan lingkungan masyarakat yang turut membentuk kepribadian seseorang, kunci utamanya tetap terletak pada orangtua. Pasalnya, orangtua bukan hanya mendidik anak sewaktu kecil, tetapi sampai mereka dewasa. Masalahnya, bagaimana setiap keluarga mampu melaksanakan tugas itu dengan maksimal.
Lebih lanjut >>

1. Pendidikan keagamaan


Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ; seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. Tunjukkan buku, gambar, dan cerita-cerita yang bisa menginspirasi si anak yang berhubungan dengan keagamaan tersebut. Jika memungkinkan, ajak anak anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin kuat ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.


2. Kualitas input yang diterima


Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. Adalah tugas orang tua untuk memilah dan menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu dihindarkan. Menonton televisi misalnya, tidaksemua acara itu bagus. Demikian juga dengan membaca majalah, menontonfilm, mendengarkan radio, dan sebagainya.


3. Anak adalah peniru yang baik


Ada istilah "Monkey see, Monkey Do" ; artinya seekor monyet biasanya akan bertindak berdasarkan apa yang telah dilihatnya. Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. Dan seorang anak akan lebih percaya pada apa yang dilihat daripada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saatorang tua mengatakan satu nasehat, misalnya jangan tidur malam-malam,tapi orang tuanya sendiri selalu bekerja sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang baik. Ajarkan sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan membuat anak meniru dan mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan dan karakter di dalam pertumbuhannya.


4. No Pain No Gain


Apa yang akan anda lakukan sebagai orang tua apabila anak anda merengek-rengek, bahkan menangis minta dibelikan sebuah mainan ? Ada dua jenis jawaban yang biasanya saya lihat. Jenis orang tua yang pertama biasanya akan langsung membelikan mainan tersebut agar si anak bisa langsung diam dari tangisannya, dan tidak merepotkan orang tuanya. Dalam jangka panjang, sikap seperti ini akan membuat anak mempunyai karakter yang lemah, kurang tangguh, karena sudah dibiasakan diberiapa yang diinginkannya. Jenis orang tua yang kedua, biasanya akan menolak permintaan si anak dengan tegas, mungkin sambil memarahi atau mencuekkan begitu saja. Dalam jangka panjang, si anak akan mempunyaisifat yang acuh, kurang peduli dengan dirinya sendiri, kalau ditanya apa cita-cita atau keinginannya biasanya akan dijawab tidak tahu. Nah, anda sebagai orang tua bisa mencoba menambahkan alternatif pilihan ketiga, yaitu gabungan dari keduanya. Saya mengistilahkan gabungan ini dengan No Pain No Gain. Jadi saat seorang anak meminta sesuatu misalnya, kita bisa memberikannya dengan syarat tertentu. Contoh,seorang anak minta mainan pada kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa mensyaratkan ha-hal tertentu sebagai `kerja keras' yang harus dilakukan. Misalnya, si anak harus membantu si ayah mencuci mobil selama sebulan, atau membantu ibu membuang sampah setiap hari, baru kemudian si anak mendapatkan mainan tersebut. System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karakter yang kuat dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil.


5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi


Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Yang pertama adalah harus belajar mengucapkan "terima kasih" kepada siapa saja yang sudahmemberikan sesuatu kepadanya, yang kedua adalah harus belajar mengucapkan kata "tolong" apabila ingin meminta bantuan kepada orang di sekitarnya, dan yang ketiga adalah belajar mengucapkan kata "maaf" apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana, tapi coba lihat, berapa banyak orang yang merasa dirinya sudah dewasa yang terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut ? Kalau anak kita sudah terbiasa mengucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih menghargai orang lain. Karakter, kepribadian, dan kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan input yang diterimanya dari orang tua.Bila orang tua kurang memberikan bimbingan ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, yang mana bisa memberikan berbagai macam input yang lebih banyak negatifnya daripada positifnya.
Lebih lanjut >>

Belajar baca-tulis pada anak usia dini bisa dilakukan dengan cara menyenangkan. Cara paksaan dengan jadwal belajar ketat dan harus memenuhi target buatan orang dewasa hanya akan membuat anak merasa tertekan.

Anak bisa saja mahir baca-tulis pada usia dini, tetapi apakah kesadaran dan kebutuhan juga ikut tumbuh dalam jiwa mereka? Itu pertanyaan dasarnya. Tanpa didasari kebutuhan belajar, anak terbentuk seperti robot yang pasrah saja diprogram apa pun oleh orangtuanya.

Ermalen Dewita, pendiri pendidikan berbasis karakter Komunitas Cerdas Merdeka di bawah asuhan Semai Benih Bangsa (Pundi Amal SCTV), memaparkan, masa anak-anak adalah saat tepat untuk menggali dan melatih kepekaan.

"Dengan melatih kepekaan anak sejak dini melalui proses alamiah si anak, akan terbentuk kesadaran dari jiwa terdalam anak. Kepekaan ini kemudian melahirkan kebutuhan dasar anak yang datang dari rasa ingin tahu mereka. Jika anak dapat menyadari kebutuhannya, kesadaran belajar akan muncul dengan sendirinya tanpa dipaksa, termasuk dalam hal baca-tulis sejak usia dini,"  ujar Dewi.

Lantas, bagaimana cara menumbuhkan kesadaran belajar dari dalam diri si anak? Jawabnya, bebaskan anak beraktivitas dan menggali rasa ingin tahu.

Seberapa sering Anda melihat anak membolak-balik buku cerita atau buku bacaan? Apa yang Anda lakukan? Menghentikan aktivitas si anak karena menurut persepsi Anda si anak akan merobek buku dan membuat berantakan seisi rumah? Jika itu cara Anda, hentikan sekarang juga.

Masa alami anak-anak menggali rasa ingin tahunya dimulai dengan membongkar rak buku dan melihat buku-buku tersebut meski si anak belum bisa membaca. Bebaskan anak menggali rasa ingin tahunya dengan melihat bentuk buku, gambar, tulisan, atau apa pun yang menarik perhatian mereka dari bahan bacaan. Bahkan, sekadar memegang buku pun menjadi awal ketertarikan anak yang semestinya tidak diintervensi orang dewasa.

Selanjutnya, anak akan mulai mengenali alat tulis dan membuat coretan tak beraturan. Sebagai orangtua, arahkan anak untuk mencoret di tempat yang disediakan. Biarkan anak mengeksplorasi dirinya. Jika anak terlihat aktif, pantau mereka tanpa perlu mencampuri, apalagi melarang. Anak-anak tak akan tahu rasanya sakit karena terjatuh jika dilarang berlarian, bukan?

"Jika kebebasan eksplorasi diri ini didapatkan oleh anak-anak, akan muncul masa di mana anak merasa butuh sesuatu, termasuk belajar membaca," papar Dewi.

Sederhananya, dimulai dari pegang buku, membolak-balik halaman, hingga mencoret, anak mulai merasa butuh belajar baca tulis. Jika sudah butuh, anak akan meminta. Nah, di sini orangtua punya peran. Mulai saja dengan membacakan buku cerita dan mendiskusikan; perlahan anak akan mulai bertanya cara membacanya. Peran aktif orangtua sangat memengaruhi sejauh mana kemampuan baca-tulis anak. 

"Proses ini tak berarti harus berjalan berurutan, setiap anak punya kebutuhan berbeda. Jadi, proses alami ini bisa saja dilakukan acak. Bisa jadi anak lebih tertarik mencoret daripada membuka buku. Melihat karakter anak menjadi acuan metode belajar yang paling tepat untuk membuat anak bertumbuh," tandas Dewi. (kompas.com)
Lebih lanjut >>

Sebagai orang terdekat yang memiliki ikatan batin kuat dengan anak, orang tua merupakan “pemeran” yang sangat dibutuhkan dalam mengasah dan mengembangkan imajinasi anak secara optimal, sehingga manfaat imajinasi tersebut menjadi energi yang bersinergi terhadap kecerdasan, perkembangan dan kepribadiannya.
  • Pertama, orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan aktif terhadap imajinasi anak. Aktif berarti memberikan respon yang baik, menstimulasinya dengan pertanyaan-pertanyaan kreatif dan mendorongnya untuk berekspresi baik secara verbal maupun non verbal. Orang tua bisa saja mengarahkan anak untuk menuliskan imajinasinya dalam diary atau menulisnya dalam bentuk sebuah karya tulis jika anak sudah mampu baca-tulis, Seperti Sri Izzati yang berhasil meraih rekor MURI sebagai penulis novel termuda (8 tahun) melalui judul “Kado Untuk Ummi”.
  • Kedua, ajak anak kita bermain karena bermain merupakan dunianya. Biarkan anak bebas menentukan pilihan dan melakukan permainan tertentu sesuai keinginannya, asalkan sesuai dengan kemampuan berpikir serta fisiknya. Bermain peran bisa menjadi pilihan tepat, orang tua bisa lebih cermat memberikan pilihan peran bagi mereka. Permainan peran membantu perkembangan emosi anak dan memudahkan mereka bersosialisasi dengan lingkungannya. Gunakan alat bantu yang tidak membahayakan anak, seperti kartu, mobil-mobilan atau boneka untuk membantu mereka bermain peran. Misalnya, anak berperan sebagai ayah dan ibu memerankan boneka sebagai anaknya. Pendampingan dan kebebasan akan mengeratkan ikatan batin dan membuat anak merasa lebih dihargai dan percaya diri.
  • Ketiga, orang tua jangan terlalu banyak melarang anak , termasuk melarangnya menangis dan tertawa di saat yang tepat karena larangan bisa saja menghambat imajinasi dan membatasi kreativitasnya Berikan pernyataan yang bersifat anjuran agar anak merasa termotivasi. Pernyataan yang bersifat anjuran akan memberi motivasi positif pada anak. Misalnya, menyatakan “Ade bisa jatuh kalau lompat seperti Spiderman karena Ade belum kuat. Mendingan Ade bantu Ibu, kan Spiderman suka menolong orang.” lebih baik daripada menyatakan “Jangan lompat, nanti kaki kamu patah!”.
  • Keempat, perdengarkan musik yang sesuai dengan ritme jantung dan denyut nadi, bacakan buku cerita, komik atau dongeng, serta dampingi anak bermain komputer dan belajar menulis karena semua hal tersebut akan merangsang dan membantu mengembangkan imajinasi anak.
  • Kelima, ciptakan suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak. Seperti halnya belajar dan menerapkan metode mendidik, suasana nyaman dan menyenangkan akan membuat imajinasinya berkembang. Perhatikan pula letak benda-benda yang bisa membahayakan anak, seperti gunting, pisau, atau barang yang mudah pecah. Imajinasi dan kreativitas anak seringkali tidak terduga, sehingga orang tua patut mengantisipasinya sejak awal.
Bermain, berimajinasi dan berkreasi merupakan dunia anak. Dalam permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati), imajinatif dan aktif, sehingga tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang dengan baik, menjadi sebuah ide dan tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan kepribadiannya. Semoga, kita  bisa terus belajar dan mendapatkan pembelajaran dari anak-anak kita.
Lebih lanjut >>

MEMPERHATIKAN ANAK PADA USIA ENAM TAHUN PERTAMA
Periode pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periede ini, nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada kepribadiannya ketika menjadi dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as Salbiyah.)
Karena itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak dalam periode ini.
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
1. Memberikan kasih sayang yang diperlukan anak dari pihak kedua orangtua, terutama ibu. Ini perlu sekali, agar anak belajar mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cintakasih ini,maka akan tumbuh mencintai dirinya sendiri saja dan membenci orang disekitamya. “Seorang ibu yang muslimah harus menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang mesti menghalanginya untuk memberikan kepada anak kebutuhan alaminya berupa kasih sayang dan perlindungan. Dia akan merusak seluruh eksistensi anak, jika tidak memberikan haknya dalam perasaan-perasaan ini, yang dikaruniakan Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang memancar dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhan anak.” (Muhammad Quthub,Manhaiut Tarbiyah Al Islamiyah, juz 2.)
Maka sang ibu hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
2. Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan pertama dari awal kehidupannya. Kami kira, ini bukan sesuatu yang tidak mungkin. Telah terbukti bahwa membiasakan anak untuk menyusu dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu dan tetap, sesuatu yang mungkin meskipun melalui usaha yang berulang kali sehingga motorik tubuh akan terbiasa dan terlatih dengan hal ini.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
3. Hendaklah kedua orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan kehidupannya.
Yaitu dengan menetapi manhaj Islam dalam perilaku mereka secara umum dan dalam pergaulannya dengan anak secara khusus. Jangan mengira karena anak masih kecil dan tidak mengerti apa yang tejadi di sekitarnya, sehingga kedua orangtua melakukan tindakan-tindakan yang salah di hadapannya. Ini mempunyai pengaruh yang besar sekali pada pribadi anak. “Karena kemampuan anak untuk menangkap, dengan sadar atau tidak, adalah besar sekali. Terkadang melebihi apa yang kita duga. Sementara kita melihatnya sebagai makhluk kecil yang tidak tahu dan tidak mengerti. Memang, sekalipun ia tidak mengetahui apa yang dilihatnya, itu semua berpengaruh baginya. Sebab, di sana ada dua alat yang sangat peka sekali dalam diri anak yaitu alat penangkap dan alat peniru, meski kesadarannya mungkin terlambat sedikit atau banyak.
Akan tetapi hal ini tidak dapat merubah sesuatu sedikitpun. Anak akan menangkap secara tidak sadar, atau tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara tidak sadar, atau tanpa kesadaran purna, segala yang dilihat atau didengar di sekitamya.” (Ibid.)
4. Anak dibiasakan dengan etiket umum yang mesti dilakukan dalam pergaulannya. Antara lain: (Silahkan lihat Ahmad Iuuddin Al Bayanuni,MinhajAt TarbiyahAsh Shalihah.)
” Dibiasakan mengambil, memberi, makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.
” Dibiasakan mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
” Dilarang tidur tertelungkup dandibiasakan ·tidur dengan miring ke kanan.
” Dihindarkan tidak memakai pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup aurat dan malu membukanya.
” Dicegah menghisap jari dan menggigit kukunya.
” Dibiasakan sederhana dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
” Dilarang bermain dengan hidungnya.
” Dibiasakan membaca Bismillah ketika hendak makan.
” Dibiasakan untuk mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain.
” Tidak memandang dengan tajam kepada makanan maupun kepada orang yang makan.
” Dibiasakan tidak makan dengan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik.
” Dibiasakan memakan makanan yang ada dan tidak mengingini yang tidak ada.
” Dibiasakan kebersihan mulut denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan sehabis bangun tidur.
” Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil, dan anak-anak tetangga jika mereka melihatnya sedang menikmati sesuatu makanan atau permainan.
” Dibiasakan mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
” Dibiasakan membaca “AZhamdulillah” jika bersin, dan mengatakan
“Yarhamukallah” kepada orang yang bersin jika membaca “Alhamdulillah”.
” Supaya menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
” Dibiasakan berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
” Tidak memanggil ibu dan bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu), dan Abi (Bapak).
” Ketika berjalan jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya, dan tidak memasuki tempat lebih dahulu dari keduanya untuk menghormati mereka.
” Dibiasakan bejalan kaki pada trotoar, bukan di tengah jalan.
” Tidak membuang sampah dijalanan, bahkan menjauhkan kotoran darinya.
” Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan “Assalamu ‘Alaikum” serta membalas salam orang yang mengucapkannya.
” Diajari kata-kata yang benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik.
” Dibiasakan menuruti perintah orangtua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh sesuatu yang diperbolehkan.
” Bila membantah diperingatkan supaya kembali kepada kebenaran dengan suka rela, jika memungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk menerima kebenaran, karena hal ini lebih baik daripada tetap membantah dan membandel.
” Hendaknya kedua orangtua mengucapkan terima kasih kepada anak jika menuruti perintah dan menjauhi larangan. Bisa juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa makanan, mainan atau diajak jalan-jalan.
” Tidak dilarang bermain selama masih aman, seperti bermain dengan pasir dan permainan yang diperbolehkan, sekalipun menyebabkan bajunya kotor. Karena permainan pada periode ini penting sekali untuk pembentukan jasmani dan akal anak.
” Ditanamkan kepada anak agar senang pada alat permainan yang dibolehkan seperti bola, mobil-mobilan, miniatur pesawat terbang, dan lain-lainnya. Dan ditanamkan kepadanya agar membenci alat permainan yang mempunyai bentuk terlarang seperti manusia dan hewan.
” Dibiasakan menghormati milik orang lain, dengan tidak mengambil permainan ataupun makanan orang lain, sekalipun permainan atau makanan saudaranya sendiri.
Lebih lanjut >>

Setelah kelahiran anak, dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya melakukan hal-hal berikut:
1. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.Begitu melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili, sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah ‘Azza Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam bersama malaikat:
“Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya ‘qub. ” (Surah Hud : 71).
Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya ‘Alaihissalam:
“Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu ) Yahya ” (Ali Imran: 39).
Adapun tahni’ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo’akan keberkahan bagi mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )” ( Hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud).
Abu Bakar bin Al Mundzir menuturkan: Diriwayatkan kepada kami dari Hasan Basri, bahwa seorang laki-laki datang kepadanya sedang ketika itu ada orang yang baru saja mendapat kelahiran anaknya. Orang tadi berkata: Penunggang kuda menyampaikan selamat kepadamu. Hasan pun berkata: Dari mana kau tahu apakah dia penunggang kuda atau himar? Maka orang itu bertanya: Lain apa yang mesti kita ucapkan. Katanya: Ucapkanlah:
“Semoga berkah bagimu dalam anak, yang diberikan kepadamu, Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dikaruniai kebaikannya, dan dia mencapai kedewasaannya” ( Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Tuhfatul fi Ahkamil Maulud.)
2. Menyerukan adzan di telinga bayi.Abu Rafi’ Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan:
“Aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah” ( Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi.
Hikmahnya, Wallahu A’lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk mengganggu dan mencelakakannya. Ini sesuai dengan pemyataan hadits:
” Jika diserukan adzan untuk shalat, syaitan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan kentut sampai tidak mendengar seruan adzan” (Ibid)
3. Tahnik (Mengolesi langit-langit mulut).Termasuk sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya,dengan menaruh sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa menuturkan:
“Ketika aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan korma dan mendo’akan keberkahan baginya, kemudian menyerahkan kepadaku”.
Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan: “Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu’jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal:
a. Jika kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan).
b. Jika suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya.”‘
4. Memberi nama.Termasuk hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats’ami bahwa Rasulullah bersabda:
” Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta’ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah” ( HR.Abu Daud An Nasa’i)
Pemberian nama merupakan hak bapak.Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada kakek, nenek,atau selain mereka.
Rasulullah merasa optimis dengan nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: “Semoga mudah urusanmu”
Dalam suatu perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya. Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.)
Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang ‘Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur’ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :”Nabi mengganti nama ‘Ashi, ‘Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji’ dengan Al Munba’its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau), Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk).” (Ibid)
5. Aqiqah.Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda:
“Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya” (HR. Al Bukhari.)
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha,bahwaRasulullah bersabda:
“Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing” (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Aqiqah merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja, Wallahu A’lam.
Ketentuan kambing yang bisa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat.
6. Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya.Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.)
Bersedekah perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya:
“Fatimah Radhiyalllahu ‘anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa’)
7. Khitan.Yaitu memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah bersabda:
“Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak” (HR. Al-bukhari, Muslim)
Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria, dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.WallahuA’lam.
Inilah beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua atau pada saat-saat pertama dari kelahiran anak.
Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
A. Membacakan ayat tertentu dari Al Qur’an untuk wanita yang akan melahirkan; atau menulisnya lalu dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus dengan air dan diminumkan kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut danfarji (kemaluan)nya agar dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah batil, tidak ada dasamya yang shahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita yang sedang menahan rasa sakit karena melahirkan wajib berserah diri kepada Allah agar diringankan dari rasa sakit dan dibebaskan dari kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah yang disyariatkan.
B. Menyambut gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak perempuan.
Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka:
“Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu”(Surah An Nahl : 58-59).
Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. Mungkin pula menceraikan isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan Allah ‘Azza wa lalla. Dialah yang memberi dan menolak. Firman-Nya:
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan Mandul siapa yang Dia kehendaki…” (Surah Asy Syura :49-50).
Semoga Allah memberikan petunjukkepada seluruh kaum Muslimin.
C. Menamai anak dengan nama yang tidak pantas.Misalnya, nama yang bermakna jelek, atau nama orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau tokoh kafir. Padahal menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak anak yang wajib atas walinya.
Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, yaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu.
D. Tidak menyembelih aqiqah untuk anak padahal mampu melakukannya. Aqiqah merupakan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam, dan mengikuti tuntunan beliau adalah sumber segala kebaikan.
E. Tidak menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang mengundang untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan menyembelih 20 ekor kambing, ini merupakan tindakan berlebihan yang tidak disyariatkan. Ada pula yang kurang dari jumlah bilangan yang ditentukan, dengan menyembelih hanya seekor kambing untuk anak iaki-laki, inipun menyalahi yang disyariatkan. Maka hendaklah kita menetapi sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wasalam tanpa menambah ataupun mengurangi.
F. Menunda khitan setelah akil baligh.Tradisi ini dulu terjadi pada beberapa suku, seorang anak dikhitan sebelum kawin dengan cara yang biadab di hadapan orang banyak.
Itulah sebagian kesalahan, dan masih banyak lainnya. Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika dan tata cara yang dituntunkan ketika menerima kelahiran anak. Karena apapun yang bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk kesalahan yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud fil Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi)
Lebih lanjut >>

PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya.
Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.
Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha ntuk mencapai tujuan itu. Sarana yang mereka pergunakan antara lain:
1. Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
2. Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
3. Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan: “Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akherat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.”
TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Banyak penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan individu muslim. Mereka berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu saja bermanfaat. Apa yang mereka katakan kami ringkaskan sebagai berikut:
” Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah.” (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Mu’atstsirat as Salbiyah fi Tarbiyati at Thiflil Muslim wa Thuruq ‘Ilajiha, hal. 76.
MEMPERHATIKAN ANAK SEBELUM LAHIR
Perhatian kepada anak dimulai pada masa sebelum kelahirannya, dengan memilih isteri yang shalelhah, Rasulullah SAW memberikan nasehat dan pelajaran kepada orang yang hendak berkeluarga dengan bersabda :
” Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi” (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu pula bagi wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai dari orang-orang yang datang melamarnya. Hendaknya mendahulukan laki-laki yang beragama dan berakhlak. Rasulullah memberikan pengarahan kepada para wali dengan bersabda :
“Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacayaterjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar”
Termasuk memperhatikan anak sebelum lahir, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga kita. Rasulullah memerintahkan kepada kita:
“Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: “Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami”. Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya”.
MEMPERHATIKAN ANAK KETIKA DALAM KANDUNGAN Setiap muslim akan merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama kasih sayang dan kebajikan. Sebagaimana Islam memberikan perhatian kepada anak sebelum kejadiannya, seperti dikemukakan tadi, Islam pun memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya. Sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya Allah membebaskan separuh shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan) puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil” (Hadits riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa’i. Kata Al Albani dalam Takhrij al Misykat: “Isnad hadits inijayyid’ )
Sang ibu hendaklah berdo’a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang shaleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orangtua dan seluruh kaum muslimin. Karena termasuk do’a yang dikabulkan adalah do’a orangtua untuk anaknya.
Lebih lanjut >>

Mengembangkan imajinasi anak merupakan upaya untuk menstimulasi, menumbuhkan dan meningkatkan potensi kecerdasan juga kreativitasnya di masa pertumbuhannya. Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan berbahasa. Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia yang sangat dekat dengan dunia anak. Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka berselancar dan belajar memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Karena itu, orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak dengan menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan kemampuan imajinatif anak untuk diekspresikan dengan efektif. Mengapa imajinasi anak harus dikembangkan?<span class="fullpost">
 Sebuah imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong semua kekuatan yang bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam merangsang pemikiran dan gagasan kreatif, serta memberikan energi pada tindakan kreatif. Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu, mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala “mencengangkan”. Hal ini sangat wajar karena seiring pertambahan usianya, otak anak lebih aktif merespon setiap rangsangan. Di benaknya muncul banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan banyak pengamatan. Pertanyaan dan pengamatan yang dilakukannya itu, akhirnya membuat anak merasa nyaman berada di dalam imajinasinya.
Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan bentuk kemalasan. Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari tayangan yang ditontonnya atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun, imajinasi juga bisa muncul secara murni dan orisinil dari dalam benaknya, sebagai hasil mengolah dan memanfaatkan kelebihan dan kemampuan otak yang dianugerahkan Tuhan. Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola imajinasi anak, maka berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan kreatifnya, serta membuatnya lebih produktif karena potensi dan kemampuan imajinatif anak merupakan proses awal tumbuhkembangnya daya cipta dalam diri anak yang boleh jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya. Apa saja manfaat imajinasi anak? simak sekelumit penjelasan berikut ini.
Manfaat Imajinasi Anak
Manfaat imajinasi anak berkaitan erat dengan tumbuhkembangnya kreativitas dalam diri anak. Berikut beberapa manfaat imajinasi anak bagi perkembangan dan kepribadian anak.
  • Terampil berkomunikasi dan bersosialisasi.
    Menurut Dorothy Singer, seorang profesor psikologi dari Yale University, anak-anak yang aktif berimajinasi cenderung lebih cerdas dan mudah bersosialisasi saat berada di sekolah. Dengan berimajinasi, anak melibatkan kapasitas otaknya, sehingga kecerdasan otak lebih terasah. Dalam berimajinasi, tentu saja ia sering kali memainkan peran sebagai tokoh tertentu yang tidak selalu sama, sehingga dalam realitas sehari-hari, ia lebih mudah berkomunikasi, memerankan perannya sebagai anak, teman bahkan ibu atau guru. Ia juga memiliki banyak cerita berkaitan dengan imajinasinya yang akan semakin memudahkannya berceloteh, ngobrol dengan teman dan lingkungan sosialnya. Semua ini bisa membuat anak lebih mudah memecahkan suatu persoalan karena ia akan memiliki sudut pandang yang berbeda atas suatu masalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan imajinatifnya.
  • Mahir menganalisa, aktif dan berpikir kreatif.
    Berimajinasi membuat anak lebih aktif dan kreatif. Imajinasi akan menstimulasi gerak tubuh, emosi dan kinerja otak anak untuk melakukan sebuah tindakan kreatif. Dalam kondisi tertentu, semua yang dilakukannya, dilihatnya dan didengarnya akan dianalisanya, sehingga dengan berimajinasi ia lebih mahir menganalisa kejadian, sesuatu atau masalah yang dihadapinya.Dapat dikatakan, imajinasi membuat anak lebih kreatif dalam berpikir dan bertindak. Ia akan mencoba menganalisa sesuatu dengan kemampuan imajinatifnya itu, menuntun dan merunutnya dengan logika apa saja yang bisa dan mungkin terjadi. Di masa depan, kemampuan ini sangat membantu karena permasalahan hidup akan semakin kompleks dan heterogen.
  • Memperkaya pengetahuan anak.
    Dengan berimajinasi, ide-ide kreatif anak semakin bermunculan dan berkembang. Hal ini akan semakin mengasah dan mendorong rasa keingintahuannya. Keingintahuan yang besar akan mendorong mereka untuk mencari, menggali lebih dalam dan berkesperimen untuk memuaskan keingintahuannya tersebut. Semakin banyak yang digali dan dicoba, semakin kaya pula pengetahuannya. Proses menggali dan mencari ini bisa dilakukannya melalui kegiatan bermain dan ragam permainan, membaca atau bertanya langsung.
  • Lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersaing.
    Berpetualang di dunia imajinasi membuat anak merasa nyaman. Ketika ada dukungan dan dorongan untuk mengekspresikannya, ia akan merasa percaya diri. Kepercayaan diri ini akan membuatnya lebih siap dan mampu bersaing di lingkungannya karena secara tidak langsung keterlibatan emosi, gerak tubuh dan kemampuan otak dalam berimajinasi membekalinya kesiapan mental untuk bersaing. Keberanian dan kesiapan bersaing, tidak selalu berdampak negatif karena kesiapan ini justru bisa membuatnya semakin mandiri dalam melakukan aktivitasnya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang tuanya.
  • Memunculkan bakat anak.
    Dengan berimajinasi, anak dapat menggali, mengangkat dan memunculkan bakatnya yang mungkin saja terpendam. Bakat merupakan ciri universal yang khusus, pembawaan yang luar biasa sejak lahir yang dapat berkembang dengan adanya interaksi dari pengaruh lingkungan. Berimajinasi bisa membuat anak menemukan arti kenyamanan yang bermuara pada bakatnya, sehingga yang muncul dari imajinasinya tersebut adalah bakatnya sendiri. Penting kita ketahui bahwa dalam imajinasi itu ada dua hal bermakan yakni inovasi dan kreasi. Kedua hal bisa optimal dengan peran bakat, minat serta dukungan lingkungan (suasana) yang menyenangkan.
Dengan mengetahui manfaat imajinasi anak tersebut, orang tua bisa lebih memahami cara menyikapi, mengasah dan mengembangkan imajinsi anak untuk perkembangan dan kepribadian anak</span>>>
Lebih lanjut >>